Kisah Mendaki Gunung Bersama Teman

Bagi seorang pendaki gunung, perjalanan mendaki gunung tidaklah sekedar perjalanan menelusuri alam saja. Ada perjalanan hati di dalamnya. Kepuasan perjalanan hati ini berbeda-beda, tergantung dari sang pendaki – termasuk saya. Pendaki gunung, tentu juga akan paham betul arti sebuah kebersamaan. Terlebih jika kita mendaki gunung secara bersamaan. Kemana pun langkah kaki bergerak, haruslah bersamaan. Tidak ada yang tertinggal. Satu sakit, atau capek, maka seluruh anggota tim hendaknya beristirahat dan menunggu untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju puncak. Masalahnya, kadang ada yang sakit atau hanya ”merasa” sakit. Parah lagi, jika ada yang pura-pura sakit karena merasa perjalanan masih jauh.

Dulu, ketika saya kuliah,sempat mendaki bersama teman tepatnya jawa tengah dimulai dari tegal slawi gn Slamet sampai Temanggung Sumbing dan sindoro. Nama desanya? Ahh.. saya lupa. Satu yang saya ingat, desa itu adalah desa yang terletak paling tinggi di lereng Gunung Sindoro juga desa yg satunya dilereng gn sumbing. sa'at itu kami memutuskan untuk melakukan pendakian. Masing-masing dari kami memiliki alasan tersendiri. diantara semua teman lama dan baru,.. semua yang pernah mendaki gunung sebagian belum berpengalaman dan sebaliknya."" Alhasil, saya dan Kendisan, Dhani madea, Arlan membagi tugas untuk kelancaran.... Lepas pagi hari, kami memulai perjalanan. Di awal perjalanan, Saya di depan sebagai pembuka jalan untuk memantau medan walau dibelakangku sudah ada yg berpengalaman, namun sa'at ini dan lalu mungkin berbeda medan yg memang selalu berubah ubah. Saya sendiri berjalan di depan, sebagai streaker dan sebagian lainnya dibelakang sebagai penjaga gawang bagi rekan2 yg ditengah untuk melihat kondisi semua”.. jika ada yang tertinggal atau lainnya.

Mulanya perjalanan berjalan dengan lancar. dari teriknya matahari sampai tenggelamnya matahari, Canda dan tawa mengiringi perjalanan di gelapnya malam. Setelah 2-3 jam perjalanan, seorang rekan sudah mengeluh jika persediaan airnya dah mau habis. Sebagai solusi, rekan saya menawarkan air yang dibawanya dan kebetulan di pOs 4 ada satu2nya mata air walau airnya telah sa'at. Karena perjalanan masih cukup panjang, rekan saya itu pun mengingatkan agar air itu jangan dihabiskan. Masalah teratasi, dan kami pun meneruskan perjalanan.

Satu jam kemudian, beberapa rekan sudah mengeluh capek dan minta untuk istirahat. Kami pun menyetujuinya. Kami memilih tanah yang sedikit lapang untuk beristirahat. Beberapa rekan kemudian membuka bekalnya, dan menikmatinya. Asupan energi itu rupanya membangkitkan semangat untuk bercanda gurau kembali di antara rekan-rekan saya tersebut. Sayangnya, ini juga awal dari masalah yang baru.
Satu rekan mengeluh capek, satu lagi memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan berhenti di tepat kami beristirahat, satu lagi menyalahkan persiapan yang kurang dari rekan yang kehabisan air (dan bekal), dan sebagainya. Intinya, mengeluhkan situasi yang sedang dihadapi.

Dalam diskusi, berbagai pendapat dan alasan yang muncul, serta beradu satu sama lain. karena digunung karakter sangat jelas sekali terlihat , akhirnya agak lama untuk beristirahat saja demi teman yg sedag kelelahan, yaitu seorang wanita dan yg bertubuh gemuk dan besar adalah orang yang paling punya alasan untuk tidak melanjutkan pendakian yang sedang kami lakukan. setelah semua kembali segar, maka perjalanan dilanjutkan, dan tepatnya pagi hari telah siap menuju puncak selamet dan turun lagi dengan selamat dan bermandi air panas.""" setelah itu kita semua langsung melanjutkan pendakian ke Subing dan sindoro.Tak lama setelah keputusan diambil itu, kami pun kemudian melanjutkan pendakian namun tidak semua ikut, sebagian ada keperluan penting salah satunya adalah seorang wanita dan lainnya.

Di sinilah kita belajar untuk mengetahui karakter sejati seorang manusia. Push them to the limit!. Dan mendaki gunung adalah salah satunya. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengajak orang untuk mengeluarkan daya kreasi maksimalnya inilah yang dapat kita gunakan untuk mengetahui karakter sejati itu. Karakter itu muncul ketika capek dan/atau suntuk sudah terasa. Ada yang mengeluh. Ada yang bersabar ria. Ada yang egois. Dan sebagainya…
pendakian selanjutnya ...........memandangi alam sambil bertafakur. Keringat mulai mengucur namun! anehnya segera terhempas oleh tiupan angin. Lelah menyambangi namun! anehnya lagi segera lapang dengan hadir indahnya alam sabana.
..........................................................................................................................
Gunung..?? Mngkin trll extrim kalo aku menganggapnya sebagai guru. Tp emang kenyataanya, aku hrs mengakui klo dari hobyku ndaki gunung dulu, skrang aku bisa lbh dewasa dlm brfikir

Mendaki bersama lebih menguatkan!. Walau masih dibelakang masih saja terus mengejar agar tetap dalam satu barisan. Bertahan..bertahan dan bertahan sekuat tenaga disertai doa dan ikhtiar

Yang jelas, pendakian tuh memberikan banyak hikmah..minimal, kita jadi ingat betapa lemahnya kita. Walau sekaya apapun diri kita, gak ada gunanya kalo dah di gunung. Bahkan, bisa jadi mungkin beberapa pendaki bersedia menukarkan uang segepok hanya demi segelas air. Selain itu, kita dilatih untuk istiqomah. Tidak pernah menyerah untuk mendaki mencapai puncak (kecuali terjadi badai berat/ goncangan aktive gunung). Pantang bagi kami untuk mengeluh, karena pendakian itu emang pilihan kami sendiri. Manusia harus menjalani pilihan dan konsekuensi pilihannya dengan bertanggung jawab.


arti mendaki gunung bagiku................................................

Bagiku…..

Mendaki gunung adalah bukan sekedar
sebuah perjalanan

Mencapai puncak adalah akhir dari jejak
kita melangkah, Sekaligus awal untuk kita kembali menuang perjalanan.

Sebab puncak gunung adalah titik
terjelas dan terjauh dari tempat kita berpijak,

terjelas dari dari seribu sorot pandang mata kita.

Mencapai puncak adalah tekanan.

Walau kita melangkah dengan kedua kaki kita,

sesungguhnya kita berjalan dengan kepala kita.

Bagiku sudah cukup hadirkan makna
dibalik ketidaktahuanku akan arti kehidupan

Dari mendaki gunung semua itu kutemukan

Walau kadang hanya cuma tanya, walau
langsung terjawab tapi sulit kumengerti

Tapi kutahu itu semua ada sedikit atau
secuil terkandung dibawah gemuruhnya akal sadarku, aku yakin beribu yakin…

Dari mendaki gunung, sedikit demi
sedikit perasaan ragu lenyap dalam hari-hari hidupku

Dari mendaki gunung, aku seakan dekat
dengan Mu Tuhan, aku seakan mulai menyadari sebagian diriku yang tak Kau
harapkan, dari diri seorang manusia yang Engkau ciptakan.

Dari mendaki gunung, aku makin percaya
akan keinginan hati, aku percaya pada jalan yang aku lewati.

Dari mendaki gunung, lambat laun aku
semakin mengerti betapa sulitnya mencapai kehidupan sejati, yaitu hidup demi
kehidupan dan kehidupan untuk mengisi hidup.

Sampai kapan aku terus mendaki gunung?

Sampai aku bosan menjawab “apa makna dari mendaki gunung”

Sebab dari mendaki gunung banyak yang kudapati walau belum semua tergali.

Dari mendaki gunung aku dapat menemukan
sunyi yang suci yang tak pernah kudapati selama ini.

Dari mendaki gunung aku dapat menemukan
sebutir asa yang membukit menjadi tujuan

Dari mendaki gunung aku semakin
merasakan damai di hati, sedamai suasanamu,

kau tuntun aku temukan fenomena iya dan tidak

Dari mendaki gunung, aku coba membawa
renung dan kuselipkan dalam relung

Kucoba bawa jejak-jejak yang
kutinggalkan dan kutebarkan di jalan kehidupan, kedalam satu janji yang hanya
diriku yang tahu

Sebab dari mendaki gunung, semua rahasia
hidup terkuak satu persatu

Dari mendaki gunung, aku terus mencari,
menyibak seribu misteri

Mencari arti, dan temukan makna bimbang
di balik ragu yang datang.


HIngga pikiran ini tersirat berkata.........disa'at aku dan gunung bersama......( teman-teman)

Termenung sendiri berselimut kabut putih

Dipagi ini kurasakan kembali dinginnya alam

Yang telah lama menghilang dari kehidupanku

Gemericik air sungai membangkitkan kenangan akan masa lalu

Saat menapak pada kerimbunan hutan rimba di tanah jawa

Hamparan sawah yang hijau

Hutan rimba dengan pepohonan yang tinggi

Bangkitkan gairahku untuk menyatu dengannya

Menjalani kehidupan penuh kedamaian

Mencoba untuk menjadi jujur pada diri sendiri

Menyadari bahwa kita ini adalah bagian dari kehidupannya

Disini……..

Di tanah seberang……..

Kembali kutemukan kenangan akan masa lalu

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Ary_Putra mengatakan...

Assalamualaikum Wahai Saudara,,,,
Senang sekali saya membaca komentar anda barusan dan kali ini saya datang untuk berkomentar di blog saudara... setelah saya baca post arikel saudara.. rasanya emang benar bahwa. Pengalaman yg kita peroleh dlm pendakian gunung memang sungguh Luarbiasa, ada perasaan sangat senang + rasa Syukur dan Takjub akan keindahan dari Sang Pencipta. kita baru menyadari betapa kecilnya kita ini di Hadapan Sang Khalik. Smoga Kesehatan dan Kesejahteraan senantiasa tercurah Kepada Sahabatku ini. Terima Kasih sahabat. Di tunggu Post Artikel2 berikutnya >> Salam Kenal dari ku. Assalamualaikum. wr,wb

Dunia Ekspedisi mengatakan...

wa'alaikum salam
betul sahabat apa yang saudara katakan, bila tujuan kita mendaki gunung untuk melihat kebesaran yang maha kuasa, perjalananku saat itu begitu semangat walau ada sedikit air mata bahagia karena begitu indahnya Allah menciptakan segala sesuatu dialam raya ini, dan ada pula air mata yang begitu lemah aku dihadapan-Nya. terimakasih ya sudah berkunjung dan berkomentar juga, salam ukhuwah sahabat, semoga anda dan keluarga serta kerabat selalu dalam lindungan Allah Subhana Wa Ta'ala. Amin

fatur rahman 12 mengatakan...

salaam rimbaa sobaaaaaat ....